Jumat, 09 Juli 2010

Ideologi

Setelah kita tahu bahwa Ideologi itu muncul dari pandangan alam dan pandangan alam muncul dari pengetahuan sebagaimana yang telah kita bicarakan sebelumnya pada topik epistemologi maka sekarang kita sudah bisa semakin jelas menyaksikan bahwa pengetahuan seseoranglah yang membuat semua persoalan bisa menjadi berbeda.

Pengetahuan hakiki?

Pengetahuan hakiki?

Ada yang berpendapat bahwa alam semesta ini adalah begini, manusia adalah begini, masyarakat begini, sejarah begini dan yang lainnya mengatakan bahwa alam semesta ini adalah begitu, manusia adalah begitu, masyarakat adalah begitu dan sejarah adalah begitu.

Kesimpulan Begini dan begitu itu semuanya berangkat dari pandangan alam yang didapat atas pengetahuan/epistemologi. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, apakah mungkin kesimpulan tentang pengetahuan tersebut yang betul adalah begini dan sekaligus begitu? Kedua-duanya betul?

Hemat saya tidak mungkin, tidak mungkin jika kita tanya kepada orang disamping kiri kita “Apakah bumi ini berputar” dan kemudian dia jawab IYA dan ketika kita tanya kepada orang disamping kanan kita “Apakah bumi ini berputar” dan dia jawab TIDAK lalu kemudian kita menganggap semua jawaban sama saja, kedua jawaban sama-sama BETUL.

Karena tidak mungkin kedua jawaban tersebut adalah BETUL, maka Pastilah salah satu jawaban tersebut adalah SALAH.

Kalau demikian, pertanyaannya berikutnya adalah pengetahuan/epistemologi seperti apakah yang betul dan epistemologi seperti apakah yang salah?

Dan untuk mendapat jawaban tentang epistemologi yang mana yang betul dan salah tentu kita harus urut dulu dari NOL, yaitu kemungkinan untuk mengetahui/epistemologi. Apakah mungkin manusia mampu untuk mengetahui hakikat alam semesta, manusia, masyarakat dan sejarah?

Ada beberapa pendapat mengenai persoalan ini, ada yang menolak 100%, ada yang mengatakan BISA 100% dan ada juga yang diantara keduanya. Bagi mereka yang menolak 100% mengatakan bahwa sudah nasib manusia bahwa “SAYA TIDAK TAHU” adalah jawaban satu-satunya terhadap epistemologi.

Mereka mengatakan “Saya tidak tahu apakah ada surga dan neraka, Saya tidak tahu apakah ada bidadari, tujuh lapis langit dan sebagainya”. Semua yang diomongkan oleh sifulan dan sifulan itu hanyalah tahayul dan bersifat spekulatif serta dongeng belaka. Oleh karena itu pengetahuan yang tertinggi adalah “SAYA TIDAK TAHU!”.

Dijaman sekarang, penganut faham seperti ini disebut dengan kelompok skeptism atau “kelompok peragu” . Kelompok seperti ini sesungguhnya sudah ada sejak jaman kuda gigit besi pada jaman batu dulu.

Pada jaman setelah Socrates telah pernah muncul kelompok-kelompok serupa ini dengan tokohnya yang paling terkenal seperti Pyrho. Bagaimana argumen penolakan pyrho tentang ketidakmungkinan mendapatkan pengetahuan/epistemologi? Dan apakah Descartes dan Imam Ghozali juga termasuk sebagai kelompok skeptisme/peragu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar